tag:blogger.com,1999:blog-4092311976415150442024-03-05T20:16:45.805+08:00Rahmatan Lil A'laminSebarkan cinta dan kebebasanarifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.comBlogger73125tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-23389848065864424772014-10-01T23:22:00.002+08:002014-10-01T23:22:44.062+08:00Berpindah ke TumblrSudah tidak aktif di sini. Sekarang menggunakan Tumblr. Terima kasih. :)<br />
<br />
arifputera07.tumblr.comarifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-58037910241344108302014-09-10T00:48:00.000+08:002014-09-10T01:00:55.341+08:00Hidup yang Sederhana<h2 style="margin-bottom: 1em; margin-top: 1em; padding: 0px 20px;">
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; margin: 1em 0px; orphans: auto; padding: 0px 20px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
Hidup kita tidak pernah diciptakan untuk menjadi sederhana. Misi kita dilahirkan di dunia juga bukan untuk menikmati kehidupan fana yang singkat ini, bukan untuk mencinta kemudian mati. Kita hidup bukan tanpa alasan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; margin: 1em 0px; orphans: auto; padding: 0px 20px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
Aku percaya, semua hal di dunia ini beralasan. Jika kau bilang ada yang tiada bersebab, maka itu kita saja yang tidak tahu untuk saat ini. Bukankah memang kita dicipta sempurna dengan banyak keterbatasan?</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; margin: 1em 0px; orphans: auto; padding: 0px 20px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
Mari bersyukur dengan kemuliaan yang tidak pernah kita minta, untuk kasih sayangNya yang sesungguhnya seringkali kita tidak pantas menerima. Hitunglah yang kecil-kecil tapi sarat makna. Hal-hal yang kita remehkan tapi kita tiada mampu hidup tanpanya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; margin: 1em 0px; orphans: auto; padding: 0px 20px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px;">
Jadi, bersedih maka bersedihlah. Bersuka maka bersukalah. Tiada yang selamanya, ini semua sementara.</div>
<div style="color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-weight: normal; line-height: 20px; margin-bottom: 1em; margin-top: 1em; padding: 0px 20px;">
<a href="http://tersembunyi.tumblr.com/post/95939081629/hidup-yang-sederhana" style="-webkit-transition: all 0.3s ease; color: #244457; text-decoration: none; transition: all 0.3s ease; word-wrap: break-word;"></a><span style="background-color: white;"></span></div>
<div style="margin-bottom: 1em; margin-top: 1em; padding: 0px 20px;">
<div style="color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-weight: normal; line-height: 20px;">
Tapi jangan lupa untuk terbangun, membangunkan diri sendiri. Bahwa hidup kita memang tidak dicipta sederhana.</div>
<div style="color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-weight: normal; line-height: 20px;">
<br /></div>
<div style="color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; font-weight: normal; line-height: 20px;">
credit : tersembunyi.tumblr.com</div>
</div>
</h2>
<a href="http://tersembunyi.tumblr.com/post/95939081629/hidup-yang-sederhana" style="-webkit-transition: all 0.3s ease; color: #244457; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; text-decoration: none; transition: all 0.3s ease; word-wrap: break-word;"></a><span style="background-color: white; color: #666769; font-family: Merriweather, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;"></span>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-12235277472728157852014-09-09T08:10:00.001+08:002014-09-09T08:10:02.787+08:00In-Team & Nazrey - KehidupanMatlamat hidup ini bukan mencari bahagia. Bukan. Alangkah beruntungnya bagi mereka yang sedar akan hakikat ini.<br /><br />Hidup ini sementara. Suatu hari nanti kita akan mati. Tika mati nanti tidak ada guna lagi kebahagiaan mahupun derita. Kita tidak akan fikir lagi tentang itu. Kita hanya fikirkan apakah bentuk kehidupan abadi yang akan kita dapat di Akhirat nanti. Maka isikanlah kehidupan kita ini dengan kebaikan dan kebajikan yang sebanyak-banyaknya. Itulah tujuan hidup, itulah tujuan persinggahan.<br /><br />Maka bersederhanalah. Usah khayal dengan keindahan yang menipu hingga melupakan apa yang bakal ditempuh di hadapan nanti.<br /><br />
<br /><br />
Hidup ini sementara. Hidup ini sementara. \Sementara.<br /><br />
<br /><br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="//www.youtube.com/embed/A4LDkG-nPyY" width="459"></iframe>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-49914754040351692992014-09-08T13:58:00.002+08:002014-09-08T13:59:00.009+08:00Diamkan Sahaja Ketika Kau DisalahfahamiSeperti yang pernah diberitahu oleh sahabat aku sendiri. Ketika kita disalahfahami oleh orang, ada baiknya untuk kita tidak menjelaskan apa-apa. Betapa andai kita susunkan baik-baik kenyataan di hadapan mereka, mereka selalunya tetap tidak akan faham, kerana mereka tidak sediapun untuk memahamkan keadaan sebenar. Mereka sebenarnya ingin melihat apa yang ingin mereka lihat, mereka tidak akan nampak selain itu. Membela diri dalam keadaan seperti ini tidak akan membuahkan apa-apa hasil. Sia-sia.<br />
<br />
Maka kita hanya perlu diamkan sahaja. Biarkan mereka menaburkan kata yang mereka suka, itu tetap tidak akan mengubah hakikat perkara. Diamkan. Itu lebih baik.<br />
<br />
<br />arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-27508540452984862542014-09-04T03:43:00.000+08:002014-09-04T03:43:03.751+08:00Khairiyah : Pandanglah Dengan HarapanPada pandangan mata aku, anak-anak dihadapan aku ini, yang hidup mereka sangat tidak terurus dan teratur, yang pencapaian peperiksaan mereka selalu gagal, yang selubung hari mereka penuh dengan hamburan kata-kasar kasar, boleh saja aku sebut anak-anak ini merupakan anak-anak yang liar, degil, sukar dikawal dan pelbagai lagi label negatif sesuai aku sandarkan.<br />
<br />
Kenyataannya label itu memang benar. Tetapi aku enggan meletakkan label-label tersebut meskipun benar. Kerana mengungkapkan kebenaran, dalam menyatakan hal yang kita tidak kita senangi selalu menimbulkan rasa jelek dan jijik hingga rasa kasih sayang pun dikalahkan oleh kejelekan tadi.<br />
<br />
Dalam banyak perkara, adakala kebenaran tidak wajar dijadikan kayu ukur untuk menilai sesuatu perkara. Bukanlah ertinya aku menolak untuk mengakui kenyataan tentang realiti yang berlaku, tetapi dalam hidup ini sebenarnya ada yang lebih penting daripada kebenaran. Perkara yang lebih penting itu adalah harapan.<br />
<br />
Kebenaran hanya mengungkapkan hal tentang realiti sekarang sekarang, harapan pula menciptakan realiti baru pada hari kemudian. Ketika kebenaran menelanjangkan setiap keaiban manusia pada hari ini, harapan pula menawarkan pakaian kejayaan untuk mereka menutup itu semua pada hari depan. Harapan memang selalu lebih penting daripada kebenaran.<br />
<br />
Begitulah aku melihat anak-anak ini. Ketika aku memandang mereka dengan ukuran kebenaran, yang jelek-jelek pastinya akan keluar. Tetapi apabila aku memandang mereka dengan ukuran harapan, aku sebenarnya sedang menjangkakan potensi anak-anak, apa yang mampu mereka jadi pada hari hadapan. Aku tahu mereka boleh jadi lebih baik, lebih pandai, lebih beradab dan berakhlak. Meskipun pandangan mata aku membuatkan aku tidak yakin untuk semua itu, tetapi aku tetap meletak percaya pada anak-anak ini.<br />
<br />
Seburuk manapun manusia itu, awalnya mereka semua dilahirkan dalam keadaan fitrah, dalam keadaan berkehendak kepada kebaikan. Maka seteruk manapun kita melihat diri manusia itu, setiap mereka mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik. Fitrah kurniaan Tuhan itu sendiri merupakan lambang harapan buat manusia yang sepenuh hidupnya dulu dinodai dosa. Kerana itu dibukakan kepada kita pintu taubat.<br />
<br />
Lagi pula mereka ini masih awal usia. Dosa mereka masih sedikit. Diri mereka masih mudah lagi untuk dibentuk kembali. Cuma bergantung pada kitalah, orang-orang dewasa untuk mencorakkan siapa akan mereka jadi. Jangan disalahkan mereka nanti kalau kala besar banyak menyusahkan masyarakat, tetapi salahkan diri kita sendiri. Di mana kita ketika anak-anak ini perlukan tunjuk ajar, bimbingan dan didikan kita?<br />
<br />
Ketika mereka sudah besar, dengan kaca mata kebenaran kita menggelar mereka sampah masyarakat, tetapi kebenaran yang tersembunyi, kitalah yang menjadikan mereka sampah masyarakat. Kitalah yang menghancurkan harapan untuk mereka jadi lebih baik. Semuanya akibat kita terlalu buta dengna kebenaran!arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-16125086595690626642014-09-02T23:52:00.000+08:002014-09-02T23:53:01.558+08:00Khairiyah : Bila Anak-Anak BertelingkahSaat sukar bagi aku dalam waktu-waktu mengendalikan perihal perangai anak-anak ini adalah saat ketika mereka bertelingkah ataupun bergaduh. Mati akal kala itu. Menguruskan ketidakmatangan mereka pada waktu sebegini adalah suatu perkara yang sukar sekali. Kedua-duanya ingin menang, tiada seorang pun sanggup mengalah.<br />
<br />
Yang dipukul akan terus menyalahkan, yang memukul pula akan terus-menerus memberi alasan menjustifikasikan perbuatannya. Kita ini yang cuba meleraikan kekusutan, pada awalnya cuba menjadi seakan hakim yang mengendalikan kes, mencari pesalah yang perlu bertanggungjawab, tetapi untuk anak-anak kekadang tidak sesuai untuk dikendalikan dengan cara hukuman.<br />
<br />
Anak-anak punya rasionalnya sendiri. Meski kita tahu dia salah, dia tetap percaya bahawa dia tidak bersalah. Padanya, dia ada sebab yang kukuh untuk berbuat demikian. Kekadang alasan yang selalu diberikan pada kita, dia sekadar bergurau. Paling cikai pun alasan yang akan diberi, "Saya pukul perlahan."<br />
<br />
Kalau kita tetap menjatuhkan salah pada anak-anak, mereka akan mula membenci hingga hilang hormatnya pada kita. Kononnya kita memperlakukan mereka secara tidak adil. Itu lebih bermasalah. Perkara sebegini yang menjadikan aku buntu. Dalam apa keadaan sekalipun, perkara yang penting, setiap apa yang hendak diperbuatkan kepada anak-anak mestilah bersifat mendidik. Kalau yang lahir adalah benci, maka tujuan itu tidak sampai.<br />
<br />
Sampai sekarang aku rasa, kalau melihat anak-anak ini bertelingkah, paling yang boleh aku lakukan adalah menyuruh mereka bersabar. Hampeh. :P Yang diganggu itu akan aku jaga, yang mengganggu itu pula akan aku suruh berhenti kalau dia tidak berhenti. Itu sahaja yang mampu aku lakukan. Lepas itu aku biarkan apa yang berlaku tadi berlalu. Sebab apapun yang berlaku, hidup mesti diteruskan wahai adik-adik. Usah dikenang barang yang lepas, hanya menyakitkan hati sahaja. Haha. Ok, apa aku merepek ini.<br />
<br />
Entahlah. Banyak lagi perlu belajar. Peace! ;)<br />
<br />arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-63987127084628773122014-08-23T06:55:00.001+08:002014-08-23T07:06:57.859+08:00Belajar Tentang KepastianSebelum kau tahu bila seseorang itu akan pergi, kau sudah harus belajar bagaimana untuk melepaskan pergi sebelum sampai waktu, sebab pemergian itu pasti. Dalam bertemu, pasti ada berpisah. Jangan khayal sangat bermimpi untuk sentiasa bersama sehingga terlupa bahawa akan ada waktu kalian akan berpisah.<br />
<br />
Dalam hal lain juga, selain kau sibuk merancang untuk berjaya, kau harus belajar merancang untuk gagal dahulu. Sebab belakang kejayaan itu pasti tersusun tangga-tangga kegagalan yang akan kau tempuh berkali-kali dahulu sebelum sampai kemuncak. Jangan kau khayal mengejar mimpi hingga terlupa apa yang perlu kau rempuh dulu.<br />
<br />
Begitulah. Hidup ini harus belajar tentang sesuatu yang pasti dahulu, kemudian baru kau kejar anganmu itu. Kalau tidak kau akan terperangkap dalam ilusimu sendiri. Kau salahkan dunia, tetapi dunia sebenarnya sudah tunjukkan kau semua kenyataan, kau sahaja yang perlu belajar. Sepertimana kau sudah tahu kenyataan tentang tingginya gunung, kaulah yang harus belajar bagaimana untuk mendaki.<br />
<br />
Maka, belajarlah tentang kepastian agar tidak cepat kau kecewa dan sedih.<br />
<br />
Hidup ini memang susah. Kalau tidak susah, itu hanya ada di Syurga kok. Huhuarifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-84014687591820989662014-08-18T17:15:00.001+08:002014-08-18T17:15:36.141+08:00Najwa Latif - Hilang (Official Music Video)<div style="text-align: center;">Dan mungkin kau takkan pernah sedari aku,<br />
Dan mungkin kau takkan sedar kewujudanku,<br />
Tapi ku ingin kau tahu,<br />
Ku akan mencintaimu<br />
<br />
Dan aku hilang,<br />
Hilang<br />
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="//www.youtube.com/embed/-OUwMFCUyGg" width="480"></iframe></div><br /><br />
<div style="text-align: center;">Hanya sahaja mungkin, cukup menjadi bayang-bayang yang bersembunyi di balik kehidupanmu. :)</div>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-65030653800678263422014-08-17T04:23:00.000+08:002014-08-17T04:27:17.066+08:00Menemui PagiKetika bulan Ramadhan, aku masih boleh lagi membawa diri, terus membuka mata kala pagi hari. Meski tika malam aku berjaga tanpa tidur, ataupun tidur dan bangun untuk sahur, pada paginya aku tetap merasa segar. Tetapi selepas Ramadhan berlalu, hari aku sentiasa bermula pada waktu matahari sudah tegak di tengah langit. Ketika waktu cahayanya memancar paling terik. Waktu itu baru mata aku benar-benar mahu terbuka. Begitu lengai dan malas. Sangat teruk tabiat ini.<br />
<br />
Hendak atau tidak, aku tahu tabiat ini perlu diubah. Untuk aku sendiri, rasa banyak sangat masa terbuang sebenarnya. Bahkan merugikan kala waktu pagi dibiarkan berlalu dengan ketiduran. Sebab waktu pagi adalah waktu yang paling indah, paling segar dan paling nyaman. Waktu pagilah aku menemui ketenangan yang tidak akan terjumpa pada waktu lain. Bahkan ketenangannya pun sungguh berbeza dengan ketenangan-ketenangan yang pernah aku rasa sebelum ini. Begitu terbuai-buai.<br />
<br />
Kerna waktu pagi jugalah, dapat aku nukilkan artikel buat buku TFTN. Berjaga dari pukul 3 hingga pukul 6 pagi untuk menyiapkannya. Kemudian, selepas itu menikmati udara segar di luar rumah. Nyaman diselubungi kabus bayu.<br />
<br />
Mesti. Aku mesti mengecap kembali suasana pagi ini. Dah lama sangat kau melupai pagi Kamal. Untuk kali ini dan seterusnya, kau perlu kembali menemuinya. Dan belajar untuk tidak meninggalkannya.<br />
<br />
Tetapi, mungkin bukan untuk hari ini. Haha<br />
<br />
Arifputera<br />
17 Ogos 2014<br />
4.20am<br />
Sambil mendengar lagu Hijjaz-Permaisuri Hatiku :)arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-2443140992163707912014-08-13T12:51:00.002+08:002014-08-13T12:51:43.525+08:00BersendiriKalau diikutkan rasa, aku juga punya keinginan seperti yang lain, rasa ingin bersendiri seketika. Ingin bersahabat dengan diri, mencari makna kewujudan diri. Kembara dalam diam dan sunyi. Namun aku tidak boleh berhenti memikirkan yang lain, yang dapat aku rasa bahawa mereka memerlukan aku. Bahkan aku juga rasa bahawa aku tidak mampu untuk selalu sendiri. Kegembiraan orang lain begitu bererti buat aku. Begitu membahagiakan aku. Justeru aku tidak mampu duduk senang tanpa mendengar khabar dari mereka.<br />
<br />
Maka waktu aku bersendiri itu punya batas. Meski aku bersendiri tapi tidak sepenuhnya. Harus juga aku punya waktu untuk bersama yang lain. Bahkan bagi aku, meski kita perlu waktu untuk diri sendiri, itu tidak bermaksud kita perlu mengabaikan yang lain. Bersendirilah ketika kita sedang sendiri. Tetapi bila kita sedang bersama teman sebilik, mahupun bersama teman yang lain, kita perlu melayan mereka, bukan berdiam sepi. Kerana kesepian sebegitu mampu membunuh perasaan mereka di sekeliling.<br />
<br />arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-9803585312513573892014-08-13T01:39:00.001+08:002014-08-13T01:39:25.136+08:00How We FAIL as an Ummah - Worth Crying - Mufti Menk<iframe width="480" height="270" src="//www.youtube.com/embed/DHnE9id9TtA" frameborder="0" allowFullScreen=""></iframe>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-35448452766668102282014-08-11T03:12:00.000+08:002014-08-11T03:12:53.683+08:00Pasakkan percayaKita sudah terbiasa mendengar dan patuh, membiar sahaja dunia memberitahu diri apa yang patut dan tidak patut dilakukan. Kita menerima semua itu sebagai suatu kebenaran yang tidak terbantahkan. Hingga sampai suatu ketika, hal itu menghakis kepercayaan dan keyakinan kita terhadap diri sendiri. Kita hilang kebolehan dalam menentukan siapa diri kita ingin menjadi dan hanya tunduk pada kata orang. Akhirnya kita tidak menjadi diri kita, tetapi menjadi orang lain. Jati diri terhapus.<br />
<br />
Padahal, lain orang maka lainlah cara pemikirannya. Mengapa kita membiarkan diri mengikut acuan orang lain dalam berfikir dan berkehendak? Tidakkah kita mempunyai citarasa dan pilihan sendiri? Pastinya.<br />
<br />
Maka kita harus ada percaya pada diri. Pada hal yang kita fikirkan baik, maka hiraukan pada ramai orang yang membantah. Biar seribu orang melawan diri kita yang seorang, tetapi kebenaran bukan daripada ukuran kuantiti. Berdegillah dengan pilihan yang dibuat, namun bukan kerana ingin menunjuk ego, tetapi ingin menunjuk bahawa kita pun mempunyai akal juga! Tahu membuat pertimbangan jua. Justeru tidak perlu hendak mengarah semua perkara pada kita. Kita berhak untuk memilih patuh atau tidak.<br />
<br />
Kita ada jalan kita sendiri.arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-17256367743789967992014-08-10T02:32:00.000+08:002014-08-10T02:32:15.258+08:00Erti pada sebuah 'Tahu'Sudah kian lama, dapat dirasa bahawa meski selautan 'tahu' kita redah, tetap tidak dapat memberi erti dan nilai pada maksudnya ilmu. Tidak dapat membawa kita pada apa-apa tuju. Semakin terhimpun, semakin diri terlemas dalam mencari nafas kehidupan. Kepuasan yang didamba hanya tinggal menjadi angan-angan. Kerana sebanyak mana 'tahu' pun takkan terpenuhkan jiwa seluas tanpa batas ini. Jadi harus apa lagi diri mencari?<br />
<br />
Pada ketika 'tahu' terlalu banyak terhimpun, manusia akan makin sukar memilih. Dan pada ketika 'tahu' terlalu banyak terkumpul, ketelitian manusia akan makin tumpul. Banyak 'tahu', tidak mempunyai erti apa-apa kalau tidak dapat dikuasai sepenuhnya satu pun. Sekadar 'tahu' tidak mempunyai apa-apa nilai tanpa diberi penghayatan dan kefahaman yang jitu. Dengan kefahaman yang jitu, barukan ia akan capai pada tahap yang digelar ilmu! Yang wujud padanya itu nafas kehidupan. Di mana 'tahu' itu akan dapat membawa manusia pada hal yng sepatutnya.<br />
<br />
Tidak seperti ramai manusia hari ini, meski banyak 'tahu' tetapi seperti tidak tahu apa-apa. Mendamba dan menambah 'tahu', hanya untuk mencari perdebatan, nama dan kemasyuran. Sedang pada seorang pak cik tua pun tahu erti 'tahu'. Pada pengetahuannya dalam bercucuk tanam dan menternak binatang, semua itu adalah untuk menyalurkan kasih sayang kepada keluarga, sanak-saudara, jiran tetangga dan masyarakat sekelilingnya. Itulah nilainya. Kita tidak akan dapat makan nasi dan daging tanpa titik peluh petani dan penternak.<br />
<br />
Tidak perlu ghairah mencari banyak 'tahu' tetapi carilah erti pada sebuah 'tahu'. Daripada situ barukan ketemu nafas kehidupan yang membuatkan kita lega dan puas sejenak.arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-27904285486129717082014-08-09T17:56:00.000+08:002014-08-09T22:02:22.910+08:00Tidak terjelas dek fikiranBanyak hal kita perbuatkan hanya mengikut rasa. Tidak pernah terfikirkan kenapa dan untuk apa, ketika serasa jiwa dipeluk kedamaian dalam hal itu, kita langsung tidak hirau akan alasan untuk melakukannya. Kalau cuba dicari alasan sekalipun, payah sekali untuk ketemu. Tidak semua perkara masuk dalam jangkauan rasionaliti. Ada beberapa bahagian lebih cenderung pada hal kejiwaan.<br />
<br />
Sepertimana cinta, kita tidak akan tahu sebab mengapa kita mencintai seseorang. Tidak tahu kenapa kita begitu ambil berat terhadap si dia, sering memikirkan tentangnya dan mempunyai sungguh dalam menyayangi dirinya. Kita tidak akan pernah tahu.<br />
<br />
Seperti juga tenteram. Kita tidak pernah tahu mengapa, kala diri meninjau taburan bintang, merakam hijau alam, meneroka biru langit dan merenung luas lautan, bersama seluruh irama desirannya, jiwa diusik tenang. Tidak terkata dalam perkataan. Suara senyap dibungkus kagum.<br />
<br />
Dalam diam sepi, ada riuh yang meriahkan jiwa. Semuanya tidak terjelas daripada fikiran.<br />
<br />arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-62228119452039896872014-08-09T03:37:00.001+08:002014-08-09T03:37:14.472+08:00Ungu - Bila Tiba (Official Video - HD)<span class="lirik_line" id="line_11" style="background-color: white; display: block; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; padding: 0px 5px;"><span class="lirik_line" id="line_11" style="display: block; padding: 0px 5px;">Mati tak bisa untuk kau hindari</span><span class="lirik_line" id="line_12" style="display: block; padding: 0px 5px;">Tak mungkin bisa engkau lari</span><span class="lirik_line" id="line_13" style="display: block; padding: 0px 5px;">Ajalmu pasti menghampiri</span></span><br /><br />
<br /><br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="//www.youtube.com/embed/CLlbqSVQOU0" width="480"></iframe>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-19757260217503055252014-08-07T01:04:00.000+08:002014-08-07T01:04:05.816+08:00PerubahanPertama sekali, pabila bicara perihal budaya ilmu, saya melihat bukan isu kuantiti program mahupun pengajian yang menjadi fokus tetapi perkembangan pemikiran dan pembentukan pandangan hasil aktiviti tersebut kepada setiap pelajar dalam menilai sesuatu perkara sebenarnya.Ya. Mungkin sebelum ini saya jawab, "Ada la jugak" sebab saya melihat ada sisi kesedaran ilmu yang sedang membangun walaupun segelintir sahaja. Atau lebih tepat dalam lingkungan yang berada disekeliling terdekat saya sahaja.<br />
<br />
Kedua, apa yang hendak diubah? Saya cenderung untuk membahagikan perubahan kepada 2. Konsep dan mekanisme. Perubahan suatu bentuk masyarakat dan tamadun bergantung dengan tahap dayapemikiran yang berobjektif oleh individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut.(Pandangan Malik Bennabi *saya ambil secara kasar)<br />
<br />
Jadi perubahan konsep(pemikiran) akan menghasilkan perubahan/pembinaan mekanisme(bentuk/model masyarakat dan tamadun). Dan konsep yang paling utuh dan ampuh adalah konsep Tauhid dan Akidah. Nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang tidak berpaksikan akidah akan menjadi rapuh dan senang berubah-ubah.(Dikutip drpd Maallim fittariq).<br />
<br />
Kerana itu sebagaimana kita melihat, ramai orang yang ingin berubah tetapi tidak sedia, mahu dan mampu kerana tiada tahu mengapa, bagaimana, sejauhmana perubahan(berubah dan mengubah) itu didambakan. Tidak berobjektif ataupun lebih tepat tidak mampu mengenal objektif biarpun telah merasainya melalui bisikan fitrah dan iman yang inginkan kedamaian, ketenangan dan keadilan.<br />
<br />
Padahal, sejarah telah mengukir banyak kisah perihal perubahan. Saya melihat 2 kisah yang harus diambil pedoman adalah Kisah Perubahan Arab Jahiliah dan Kisah Perubahan 'Renaissance'. 2 masyarakat ini berubah dan bertransformasi secara berlainan. Arab Jahiliah mengikuti ajaran agama, masyarakat Eropah pula vice versa yakni meninggalkan agama.(Lebih kurang kata-kata Al-Afghani saya adaptasikan)<br />
<br />
<br />
Dan secara peribadi saya menekankan bahawa perubahan, bukan 'ubah' tapi 'kembali'.(Kutip pndgn Al-Qaradhawi) Lebih tepat lagi seperti mana yang diulas oleh Muhammad Al-Ghazali, "Al-Quran bukan perlu tafsiran yang baru, tetapi tafsiran yang tepat."(Buku Warisan Pemikiran Islam). Namun siapa mampu mempunyai tafsiranyang pastinya betul-betul selari yang dikehendaki Islam. Setiap ijtihad ulama'adalah pandangan ulama' itu tentang setiap hukukm-hakam dan perkara yang berkaitan Islam, bukan pandangan dari sisi Islam yang hakikat.(Ahmad Abdul Wahib)<br />
<br />
Jadi perubahan, memerlukan kerjasama, keterbukaan, kebebasan, saling rai-meraikan dan keadilan. Perubahan yang menjamin perubahan mahasiswa yang bernilai, perubahan yang dapat menunaikan segala hak-hak mahasiswa, tetapi perubahan yang dapat memperluaskan ruang kebebasan secara 'konsep' bukan 'mekanisme'. Yakni luas pandangan, tidak terlalu rigid untuk mencapai sesuatu(kreatif).<br />
<br />
Sampai sini jer kot. Saya pon dah merapu banyak dah ini. Pasal program itu, maaflah, saya tak pergi kot. Sedang bereskan hal-hal lain yang belum terjamin :) Salam~arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-64928395404614306402014-07-15T09:11:00.001+08:002014-07-15T09:11:04.941+08:00SLAM - NurkasihBerpagi-pagi dengan mendengar lagu. Selama ini, selalu sahaja mainkan lagu ini sebab rentak dan irama dia enak. Tetapi pagi ini baru terfikir nak semak lirik. Mencari sesuatu untuk mententeramkan perasaan. Dan, memang tidak disangka, lirik dia rupanya bukan biasa-biasa. Buat aku tersenyum lebar pagi ini. Lama. Cinta sedang berbicara dengan aku mungkin. Haha.<br /><br />
<br /><br />
<div style="text-align: center;"><iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="//www.youtube.com/embed/TTlHkuOtGCM" width="480"></iframe></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #275963; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"><br /></div><div style="background-color: white; color: #275963; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"></div><div style="text-align: center;">Bukan aku tak cinta</div><div style="text-align: center;">Kepada mu semakin kurela </div><div style="text-align: center;">Kau lah satu di dunia</div><div style="text-align: center;">Tapi kau tak mengerti </div><div style="text-align: center;">Getaran rasa hati ini </div><div style="text-align: center;">Masih ada kucari</div><br /><br />
<div style="background-color: white; color: #275963; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"></div><div style="text-align: center;">Kau anggap aku berseloka </div><div style="text-align: center;">Dan asyik dalam misteri </div><div style="text-align: center;">Mencari Nur dan kasih Nya pasti </div><div style="text-align: center;">Akhirnya engkau curiga </div><div style="text-align: center;">Katamu aku berdusta </div><div style="text-align: center;">Memperduakan cinta</div><br /><br />
<div style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #275963;"> Mentari di tangan bulan</span><span style="color: #275963;"> </span></div><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Kau serah di genggaman </div><div style="text-align: center;">Tak kuhirau karna Dia </div><div style="text-align: center;">Relalah aku korban </div><div style="text-align: center;">Andainya satu hukuman </div><div style="text-align: center;">[ Nur Kasih lyrics found on http://lyrics.my ] </div><div style="text-align: center;">Kau tinggal diriku </div><div style="text-align: center;">Tanpa satu pengertian</div></span><br /><br />
<div style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #275963;">Dan sebenarnya</span><span style="color: #275963;"> </span><span style="color: #275963;">cinta</span><span style="color: #275963;"> </span><span style="color: #275963;">kita</span><span style="color: #275963;"> </span></div><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Hanya cinta sementara </div></span><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Kan hilang jua dibawa arus pawarna </div><div style="text-align: center;">Cinta pada kuterpandang </div><div style="text-align: center;">Kan pudar nafas hilang </div><div style="text-align: center;">Hanya ia menanti ku di Azali yang suci </div><div style="text-align: center;">Mengertilah kau sayang</div><div style="text-align: center;">Kau harus rasakan ke alam tanpa mati </div><div style="text-align: center;">Dan kita seabadi </div><div style="text-align: center;">Dan akhirnya engkau kucup oh tangan ku</div></span><br /><br />
<div style="background-color: white; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 23px;"></div><div style="text-align: center;"><span style="color: #275963;">Marilah ku bisikkan keramat</span><span style="color: #275963;"> </span><span style="color: #275963;">kasih</span><span style="color: #275963;"> </span><span style="color: #275963;">ini</span><span style="color: #275963;"> </span></div><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Biar menjadi nadi </div><div style="text-align: center;">Rahsiakan kalimah ku </div><div style="text-align: center;">Hingga ia menjadi tanda</div></span><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Hidup mati bersama </div></span><span style="color: #275963;"><div style="text-align: center;">Hidup mati bersama</div></span>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-45836516911472282022014-07-10T09:00:00.001+08:002014-07-10T09:00:15.002+08:00Spoon - Rindu Serindu Rindunya (Better Audio Quality)<iframe width="459" height="344" src="//www.youtube.com/embed/KjviooYUVTY" frameborder="0" allowFullScreen=""></iframe>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-50197046558145104492014-07-10T08:21:00.002+08:002014-07-10T08:24:07.763+08:00Ritual Jiwa Tanpa Agama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmY-q0GzW4UAPYb0AANS84Ro1v_xfc6lj9pj0EW-PkWTcgT-yIpyC9yu-eACzQGmH-IjzI-EtVRcHwWv_55IR9N4fXX8XYFjbepgGOvF30tJZDENEy4SHrSyDyhDCfA2qUtKNMBaVhS7g/s1600/Broga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmY-q0GzW4UAPYb0AANS84Ro1v_xfc6lj9pj0EW-PkWTcgT-yIpyC9yu-eACzQGmH-IjzI-EtVRcHwWv_55IR9N4fXX8XYFjbepgGOvF30tJZDENEy4SHrSyDyhDCfA2qUtKNMBaVhS7g/s1600/Broga.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Dalam
usaha mendamaikan keresahan rasa yang menumbuk-numbuk jiwa, kebanyakan kita
akan lari, mengasingkan diri daripada keramaian. Mencari ruang bersendiri dan
memuhasabah diri. Tempat-tempat sunyi menjadi sasaran. Kita akan duduk tidak
berbuat apa-apa. Semata melayan perasaan yang hiba, melayan fikiran yang
mendesah. Pada ketika yang sama memandang alam terbentang, memandang langit
terbuka. Memandang semua dengan penuh erti, memandang dengan mencari makna
diri. Inilah masa manusia mula cuba mendekatkan diri pada hati. Menanyakan
hati, “Panggilkan Tuhan buatku, aku perlukan kekuatan.”</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Khalwat.
Ini sunnah para nabi.</span></span><br />
<br /><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Tetapi
aku kurang seperti itu kerana belum pernah dalam hidup aku untuk berasa cukup tertekan.</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br />
</span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Pagi
ini, dan pagi-pagi sebelum ini rutin aku sudah berubah. Tidak ada lagi waktu bersiap
untuk ke kelas mahupun ke kuliah. Tidak ada lagi kesempatan untuk bertanya, “Kelas
ada ke tidak?”. Tidak ada lagi mengomel, “Bila kelas hendak habis ini?” Semua
itu sudah tidak ada. ‘Pelajar’, aku sudah tidak memegang gelar itu. Tidak lagi.
Hanya tinggal sejarah. Dan mungkin tidak akan ada ‘mungkin’ untuk aku memegang
gelar itu kemudian hari. Aku memilih untuk meninggalkannya.</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Mendengar
lagu, menyanyi dan ketawa, itu cara aku mendamaikan jiwa. Dan aku lakukannya secara
menyendiri. Pada pagi yang matahari masih belum menampilkan diri demi menyimbahkan
cahayanya pada alam, itulah rutin baru aku. Kala aku mendengar lagu, lirik dan
kata-kata yang terdapat dalamnya bukanlah itu yang mempengaruhi perasaan aku,
tetapi rentak muzik lagu tersebut. Rentak itulah yang membuatkan aku rasa sayu
dan hiba, rentaklah yang membuatkan kadang aku ketawa, rentak juga membuatkan
jiwa aku rancak bertenaga(macam muzik Naruto contohnya, muziknya sahaja!).
Dalam semua keadaan, mendengar lagu sambil menyanyikannya buat aku bahagia
seketika. Pengasingan diri yang sempurna. Seperti masuk ke dunia yang lain. Sebuah
ritual tanpa agama, semata ritual yang mengisi lumrah kemanusiaan.</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Bahkan
sebenarnya, ritual ini telah aku tabiatkan sejak sekolah menengah. Pada ketika
itu nasyid lebih menjadi pilihan. Iyalah, pengaruh persekitaran. Tetapi
sekarang, sering yang meniti di bibir aku adalah nyanyian Spoon, Rindu Serindu
Rindunya. Kau tahu, sampai sahaja sahabat aku jemu mendengarkannya. Haha.
Bahagian kegemaran aku dalam lagu ini adalah ketika hendak naik kepada korus, “Mengapa
terjadi, perpisahan ini…” Enak rasanya. Pabila kau menyanyi seperti diri sedang
diselubungi tenaga entah dari mana. Menyegarkan dan memugar. Malah kala aku
mengantuk dalam membuat sesuatu kerja, menyanyi menjadi terapi buat aku untuk
aku menghilangkan kantuk itu. Ah!</span></span><br />
<br /><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Teringat
pula, pada ketika diri sedang pulang menuju Kuala Lumpur selepas habis 3 hari
bercuti di Pulau Tioman, seluruh penghuni di dalam kereta menjadi ‘gila’. Eh,
tidak. Hanya dua orang. Aku dan kakak aku(bukan kakak sebenar tapi). Kala itu
waktu malam. Kami tidak mendengar radio kerana lagu-lagu yang tersiar sangat
membosankan. Kakak aku memasang lagu daripada komputer ribanya, seketika. Lama-kelamaan
jemu menjengah, kami mula jadi tidak keruan. Suasana agak membosankan. Kami
inginkan bising! Barukan rasa ada aura untuk meneruskan perjalanan yang jauh
itu. Entah macammana, kakak aku ini, bila dia dengar lagu yang dia suka, dia
akan men’jerit’. Haha. Maksudnya bernyanyi dengan sepenuh hati. Maka aku
mencadangkan lagu. Kami berdua sahaja menyanyi dan menjerit.</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Dinamik
- Antara Gadis</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Dinamik
– Biar putih tulang</span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Zamani
– Syair Si Pari-Pari.(lagu ini sedap gila bak hang!)</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Ah,
Seronok gila rasa! Haha</span></span><br />
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Aku
bukan tahu benar erti muzik, lagu dan nyanyian, tetapi aku sangat seronok
melakukan semua itu. Sangat memberikan aku jiwa. Mendengar lagu dan menyanyikannya
sendirian adalah khalwat aku. Mendengar lagu dan menyanyikannya beramai-ramai
adalah kebersamaan yang sangat indah aku kira. Cubalah. Cuba sekali kau nyanyi
sesuatu lagu bersama-sama sahabat kau yang lain. Seronok bukan. Ya, seronok! Itulah
dia ritual jiwa tanpa agama yang mengesankan.</span></span><br />
<br /><span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit;">Tidak
kisah kalau kau lebih gemar lagu nasyid, maka dengarkanlah nasyid. Kalau lagu
orang putih, dengarkanlah. Lagu semata irama, abaikan lirik kecuali penuh
sekali dengan lucah dan kesat perkataan. Seorang pak cik aku, yang aku panggil
dia Pak Su, yang merupakan seorang yang sangat menjaga amal zikir dan
pendinding diri, pernah menasihati bahawa dengarkanlah lagu apapun, selagi
tidak melalaikan kau daripada Tuhan, maka tiada yang salah. Ya, seperti dia
yang kadang datang ke rumah aku membawa cakera padat lagu Chris Brown dan Akon,
tetapi amalan zikirnya tidak pernah tinggal. Kalau belum selesai, maka dia
selesaikan dulu. Lagu nasyid dia pun cukup banyak.</span></span><br />
<h4>
<span style="line-height: 150%;"><span style="font-family: inherit; font-weight: normal;">Irama
lagu telah menjadi sebahagian hidup aku. Berpisah tiada kata orang.
Haha.Mungkin aku sebegini jadinya adalah kerana aku mempunyai darah seorang yang
berjiwa seni. Itulah Ayah aku. Mungkin juga kerana aku mempunyai darah seorang
yang berjiwa lembut dan bersuara sedap. Itulah Ibu aku. Maka jiwa aku menjadi
lembut dengan setiap alunan bunyi. Pada bunyi rengekan bayi, pada bunyi desiran
dedaunan, kicauan burung, dan pada sorakan ombak, semua itu sangat mendamaikan.
Ini kebahagiaan aku. Meski tidaklah utuh tetapi ia tetap sebahagian daripada
kebahagiaan. Nikmat yang tidak dapat digambar. Terima kasih Tuhan. </span></span></h4>
</div>
arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-90397608609977857152014-07-02T00:01:00.002+08:002014-07-02T00:01:55.958+08:00Tiada apa yang mampu dengan percaya semataPerkara yang melapangkan dada sempit manusia, bagi aku, adalah apabila sesuatu rahsia dapat terungkai dan terbentang nyata di hadapan mata. Di mana, dapat kita belek satu-satu daripadanya, kemudian menemukanlah kita kepada jawapan terhadap setiap kesulitan yang membelenggu hidup. Kala itu tiada lagi persoalan dan pertanyaan yang rumit, segala telah terlerai. Tidak perlu lagi manusia menduga-duga kerana apa sesuatu itu terjadi. Maka fikiran pun menjadi tenang dan tenteram.<br />
<br />
Pada mana-mana insan yang ditemui pada celahan dunia ini, benarnya, resah yang mendekam dalam diri mereka itu wujud akibat ketidaktahuan. Hidup ini penuh misteri dan manusia tidak mampu melepasi misteri tersebut kerana akalnya dibatasi dimensi ruang dan masa, hingga sering buat dia menduga-duga apa yang terjadi di belahan dunia sana dan pada waktu yang mendatang. Manusia mampu merancang, tetapi gerak dunia itu tiada siapa yang mampu jangka, sampai banyak kali menentang perancangan yang dibuat.<br />
<br />
Akibat daripada ketidaktahuan itu juga, manusia mudah berasa lemah, jatuh tersungkur berputus asa. Serasa tiada ertinya berusaha, kerana jatuhnya berkali jua, tiada penghujung yang pasti. Mengulang-ngulang pada kesilapan yang sama, sedang azam perubahan yang dulu dikendung erat, sudah terasa terlepas kerana berasa seolah tiada hasil yang membuah. Cermat sungguh dulu dia memegang percaya, bahawa setiap kejadian ada hikmahnya, tetapi pada ketika situasi benar-benar menekan jiwa, semakin terlucut percaya itu dari genggaman.<br />
<br />
Manusia sentiasa teruji, dan ujian itu hanya berlaku kerana ketidaktahuan manusia. Kala manusia serba tahu semua perkara, tiada wujud akan ujian itu. Oleh itu ujian wujud bersama misteri. Suatu misteri pada musibah, misteri pada bencana dan huru-hara, pada wabak penyakit berleluasa, itu yang mendesah fikiran manusia. Memukul jiwa hingga terlahir badai gelora. Mereka tidak ketemu apa yang disebut sebagai pengajaran dalam kejadian yang menimpa. Mereka hanya tahu adanya pengajaran itu, namun tidak tahu apakah ia. Sering perkara itu yang membuatkan azam mereka terlepas dan percaya mereka terlucut.<br />
<br />
Ini kerana kepercayaan mereka terbiar kosong tanpa pengisian. Tuhan memberitahu mereka adanya hikmah pada setiap peristiwa, dan manusia percaya akan adanya hikmah itu. Kemudian Tuhan mengajarkan mereka bagaimana hikmah itu dapat diambil pengajaran dengan membuatkan peristiwa, tetapi manusia hanya tahu adanya pengajaran itu walhal tidak tahu bagaimana untuk mengambilnya. Ini yang cacat pada kepercayaan manusia. Untuk percaya semata, kepercayaan kita itu akan luntur. Percaya harus diiringi dengan belajar. Kita perlu bijak menafsirkan kejadian yang berlaku dan cerdik untuk menciptakan pengajaran buat diri sendiri.<br />
<br />
Perkara ini sama sahaja dengan rezeki. Kita percaya rezeki itu datang daripada Tuhan, namun kita tidak menunggu sahaja rezeki itu turun daripada langit. Untuk rezeki itu sampai kepada diri, usaha menjadi syarat. Dalam peristiwa dan musibah yang menimpa, hikmah yang Tuhan hendak ajarkan kepada manusia, bukan dengan menampilkan keajaiban mahupun menurunkan malaikat untuk mensyarahkannya kepada kita, tetapi kita sendiri yang perlu usaha belajar daripada. Berkali sudah dipesan dalam kalam-Nya,<br />
<br />
"Tidakkah engkau berfikir?"<br />
<br />
"Ambillah iktibar wahai Ulil Absar(Orang yang berpandangan jauh)"<br />
<br />
Inilah erti ujian. Ujian mengajak kita merenung dan berfikir sejenak akan maksud dan makna diri serta tujuan seluruh ciptaan. Tiada dalam hidup ini yang disebut 'malang' mahupun 'bertuah'. Itu semua istilah yang lahir akibat nilaian duniawi dan bernada bahawa hidup seseorang itu ditentukan nasib, bukan takdir dan usaha. Sedangkan hal sebegitu seolah ingin mendakwa Tuhan sedang bersikap tidak adil pada manusia. Walhal sudah Tuhan jelaskan melalui perantaraan utusan-Nya, kemuliaan dan darjat yang dikurniakan terhadap seseorang manusia bukan ditentukan oleh apa yang menimpa diri, tetapi reaksi manusia itu sendiri yang menentukan semua itu.<br />
<br />
Apakah ia sabar? Apakah ia bersyukur? Apakah ia masih lagi bersangka baik pada Tuhan? Apakah ada timbul dalam dirinya? Apakah dia merasakan Tuhan masih menyayangi dirinya? Itu dia. Kemuliaan dan darjat dirimu, kau yang tentukan dengan izin Tuhanmu. Dan semua ini memerlukan pertimbangan akal dan kerendahan hati yang tulus suci dan bersih. Semuanya bermula daripada diri. Kerana itu, adalah sia-sia untuk dalam hidup ini kita mencari bahagia, kerana bahagia tiada di luar ini. Kita yang perlu belajar bagaimana untuk hidup bahagia. Hendak cari bahagia, carilah di dalam diri itu. Yakni pada cara fikiran, pada cara berperasaan. Begitulah.<br />
<br />arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-89991924555486486852014-06-26T13:33:00.000+08:002014-06-26T13:33:17.514+08:00Mengenal dunia, mengenal bahagiaSuatu hal yang mudah membuatkan kita bersedih adalah kita sering sangat mengimpikan sebuah dunia ataupun sebuah kehidupan yang penuh kemilau bahagia. Tiada kesakitan, tiada penderitaan. Segalanya damai dan tenteram. Di mana seluruh manusianya bersikap penuh ramah dan mesra, tanpa benci dan dengki, sesama mereka saling berkasih sayang. Bagi aku, ini bukan impian, tetapi khayalan. Khayalan yang membuatkan manusia berkali-kali tertipu dan terus berdukacita. Khayalan yang lahir akibat ketidaktahuan dirinya akan bagaimana realiti dunia ini.<br />
<br />
Mengharapkan dunia mahupun kehidupan sentiasa bersikap baik terhadap diri, hanyalah seperti mengharapkan air di lautan itu tenang tiada gelora dan ombak. Kau tidak boleh meminta ombak di lautan itu tenang untuk kau berenang, tetapi kau sendiri yang perlu belajar bagaimana untuk menangani ombak itu. Kita selalu mengharapkan dunia berubah untuk kita, sedangkan dunia itu mandiri, tidak mudah tunduk pada kehendak dan cita-cita sesiapa.<br />
<br />
Perlu kita tahu bahawa tiada hal yang 'sentiasa' bagi dunia melainkan satu, yakni perubahan. Dunia ini akan terus bergerak dan berputar tanpa peduli apa-apa. Tanpa endah kau sedang derita kelaparan ataupun kau hidup dalam kesusahan. Dia hanya bekerja seperti yang seharusnya dia bekerja. Dunia tidak akan menunggu. Dan dia sentiasa berubah dan bekerja dalam rutin yang sama, mungkin keadaan sahaja berbeza.<br />
<br />
Justeru, jika dalam mengejar impian yang diinginkan, kita gagal, kita tidak harus bersedih dan mengalah. Tatkala hari ini kita ingin menawan gunung dan mencuba mendakinya dengan sepenuh upaya namun apabila sampai dipertengahan, kita kelelahan dan terpaksa berhenti. Tidak mengapa, berhenti dan pulanglah ke rumah, tetapi kita hanya berhenti untuk hari ini. Esok lusa mahupun tahun depan kita masih boleh datang kembali dan terus mencuba kerana dalam setiap cubaan itu adalah pembelajaran. Dengan cubaan berkali-kali, mungkin sesebuah gunung itu baru mampu ditawan.<br />
<br />
Tiada hal hidup yang dapat ditangani dengan sekelip mata. Mungkin ada yang dapat menawan gunung dengan sekali cubaan, tetapi tetap mereka memerlukan waktu yang lama untuk mengkaji dan belajar segala cabaran yang akan mereka hadapi diatas sana. Samalah dalam kehidupan. Kalau kita ingin betul-betul mengecap puncak bahagia, kita harus tidak mudah bersedih dengan keadaan dunia yang seringkali menentang diri. Tetapi kita harus belajar kelemahan apa yang ada pada diri hingga dunia mampu mengalahkan kita. Semakin kita belajar, semakin kita menjadi kuat. Setiap pengunduran adalah kerehatan, bukan putus asa.<br />
<br />
Cuma dalam mengimpikan puncak kebahagiaan itu dapat dikecap, adalah salah untuk tidak mengetahui bahawa kesakitan akan terus wujud meskipun kita sudah mencapainya. Adalah salah menyangkakan setelah mencapai kebahagiaan, derita akan terus terhapus. Hal-hal begini yang membuatkan kita terus tertipu dan berdukacita. Kerana apabila wujud kebahagian adalah wajib untuk penderitaan wujud sekali bersamanya. Peribahasa, "Bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian." tidaklah dapat diterima sepenuhnya. Kerana senang dan susah, bahagia dan derita itu seiring.<br />
<br />
Mengapa seiring? Kerana kehidupan itu adalah sebuah jalan di mana penghujung dan destinasinya hanyalah mati. Dan dalam jalan kehidupan yang setiap manusia lalui itu, kedua-dua senang susah, bahagia derita silih berganti. Kedua-duanya akan datang dan kedua-duanya juga akan pergi. Kedua-duanya akan ditempuh dan kedua-duanya akan dilepasi. Jadi apa ertinya hidup ini? Apa ertinya bahagia jika suatu hari ia tetap akan hilang? Semuanya adalah ujian. Menguji manusia sejauh mana kita mampu bersangka baik pada Tuhan. Menguji manusia sejauh mana cinta dia terhadap saudaranya.<br />
<br />
Lagipun sebenarnya, dunia tidak mampu beri kita bahagia. Bahagia itu datang daripada dalam diri. Datang daripada bagaimana persepsi kita terhadap sekalian kejadian dan peristiwa yang menimpa. Kerana itu, berbanding hidup mencari bahagia, adalah lebih baik kita belajar bagaimana untuk hidup dengan bahagia.<br />
arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-20966728248186755512014-05-29T01:03:00.000+08:002014-05-29T01:03:40.765+08:00Melawan doktrin<br />
Merengkuh jalan hidup ini, tiada apa yang dapat kita rungkai dengan pasti kecuali satu, ia adalah sebuah pengembaraan yang kabur, tiada yang jelas.<br />
<br />
Lalu persoalan yang terlontar, bagaimana kita dapat menempuhnya? Dengan satu perkara, kepercayaan.<br />
<br />
Tanpa kita tahu, selain usaha, sebenarnya kita hidup berbekalkan 'percaya'.<br />
<br />
Kebanyakan kita memilih sesuatu jalan bukan kerana kita 'pasti', tetapi kerana itu jalan yang dilalui ramai orang, dan ramai orang itu rata-rata keluar dengan selamat. Lalu kita percaya kita perlu lalui jalan yang sama untuk selamat kerana jalan itu sudah terbukti.<br />
<br />
Namun kepercayaan begini banyak menyekat potensi manusia untuk membuat sesuatu yang lebih atau sesuatu yang yang patut menjadi peranannya. Kita takut untuk keluar daripada jalan tersebut kerana jarang sekali ada yang melakukannya. Kita takut untuk mencuba jalan lain kerana jalan itu tiada kepastian(?) dan tiada jaminan(baca : yang sebenarnya tidak ramai yang pilih).<br />
<br />
Maka kita dapat melihat bagaimana manusia tidak mampu maju kerana takut mendepani sesuatu yang baru dan sesuatu yang tidak biasa. Setiap hari sama, tiada perubahan. Dan daripada sini aku boleh kata, proses doktrin sudah berjaya, manusia sudah diatur(dikawal) baik oleh sistem tanpa ada yang membantah dan mempersoalkannya. Masyarakat sudah berjaya dipujuk untuk mempercayai sesuatu yang tidak munasabah untuk mereka percaya.<br />
<br />
Mahasiswa tidak mampu bersuara menyatakan hak, tiada tekad membantah kerana memikirkan takut dibuang dan digantung, memikirkan duit elaun, memikirkan masa depan yang akan dihadap andai tiada sijil universiti. Nampak tidak doktrin di situ, "Masa depan yang cerah memerlukan sijil." Mahasiwa berjaya dikawal pergerakan mereka dan suara mereka hanya dengan sijil, sehingga mahasiswa sudah tidak yakin dengan ilmu yang mereka ada bagi menentukan masa depan hidup. Fuh!<br />
<br />
Begitu juga aku sangat kecewa kesimpulan simplistik yang telah menjadi persepsi umum masyarakat bahawa apabila anak-anak tiada SPM, maka mereka tidak ada masa depan atau masa depan mereka gelap. Sangat mudah untuk meletakkan kesimpulan begitu. Tidak bolehkah kita mencuba untuk meluaskan pandangan dan jiwa kita? Adakah segala kerja di Malaysia ini perlukan SPM? Tidak! Walaupun tidak dinafikan kebanyakan pekerjaan memerlukan SPM(dan ini memang sistem yang menindas sedangkan bidang yang kita belajar dalam SPM tidak diperlukan pun untuk melengkapi pekerjaan tersebut), namun yang lebih diperlukan adalah ilmu, apa sahaja ilmu itu dapat dikembangkan hingga mampu mencipta peluang pekerjaan.<br />
<br />
Namun bagaimana pula persepsi kita terhadap ilmu? Kita hari ini melihat ilmu sebagai komoditi untuk memenangi pasaran kerja sahaja. Ini masalah. Darjat ilmu telah diturunkan sebegitu rendah.<br />
<br />
Apa terjadi pula kepada para agamawan keluaran universiti-universiti Timur Tengah? Apakah persepsi mereka terhadap ilmu mereka juga begitu? Sanggupkah mereka mengembalikan ilmu kepada masyarakat secara tulus, yang ilmu itu dituntut dan diambil berbekalkan duit biasiswa(cukai rakyat)?<br />
<br />
Jarang.<br />
<br />
Melalui apa yang akan agamawan ini ajarkan kepada masyarakat, mereka akan menantikan pulangan wang kembali. Pastilah, dia hanya ada ilmu agama, harus dengan apa lagi dia dapat sara hidup diri dan tanggungan kecuali dengan ilmu agama itulah. Nampak tidak doktrin disitu, "Kerjaya ditentukan oleh bidang apa yang kita belajar, termasuk agama!" Dan ini menyebabkan agama hilang fungsi utama ; yakni mendidik dan membebaskan manusia.<br />
<br />
Bagaimana fungsi itu hilang?<br />
<br />
Apabila agama itu akhirnya dapat dilihat pergerakannya sebatas ceramah, forum, mengfatwakan halal haram, menguruskan sesuatu tempat dan institusi dengan menjadi pengarah atau pegawai, menjadi imam dan bilal di masjid serta pelbagai. Di mana semua ini adalah kerja yang dapat pulangan wang. Tempat agamawan ini cari makan dan sara diri, bukan tempat untuk benar-benar menegakkan fungsi agama. Kepentingan agama diusahakan ala kadar sahaja, selebihnya keselesaan diri.<br />
<br />
Agama hanya akan terlihat kefungsiannya apabila didapati agamawan ini sanggup turun melihat keadaan masyarakat, memikirkan cara bagaimana ingin melepaskan mereka daripada belenggu kemiskinan, kemelaratan dan sistem yang menindas. Apabila agamawan memberi tugas kepada diri sendiri untuk menyelami bidang ilmu yang selain agama untuk membantu membangunkan keadaan ummah yang mundur. Tidaklah ucapan agamawan kita sebatas halal dan haram sahaja, tetapi lebih kritis pemikirannya.<br />
<br />
Kita menantikan fatwa, "Lebih afdhal dan wajib untuk masyarakat membantu orang miskin di perkampungan dan di penempatan mereka daripada mengadakan ceramah besar di masjid sehingga menelan belanja beribu-ribu ringgit!" Kita juga menantikan agamawan menyebut, "Menjadi fardhu kifayah yang sangat dituntut hari ini kepada sekalian kaum muslimin mempelajari ilmu ekonomi/falsafah/pelbagai dengan melihat keadaan yang kita hadapi sekarang."<br />
<br />
Namun hal ini jarang berlaku. Sangat jarang. Sebahagian agamawan sahaja yang bersuara. Yang lain hanya bersuara apabila timbul isu-isu yang memerlukan mereka bersuara. Agamawan kita tidak produktif, tidak mampu menjadi intelektual kepada masyarakat, tidak mampu menjadi pembela mereka yang dizalimi. Agamawan kita sangat pasif! Ini kerana agamawan sudah terdoktrin dan dikawal oleh sistem yang merosakkan kefungsian agama itu sendiri. Ilmu agama juga sudah menjadi komoditi untuk memenangi pasaran kerja. Lalu mereka mengejar ilmu hanya untuk selamat(survive) di masa hadapan. Ini masalah!<br />
<br />
Semua ini berpunca daripada bentuk awal pendidikan kita, daripada kecil diajar untuk mencari senang, jangan mencari susah. Adapun diajar bersusah payah itu untuk senang di masa hadapan, tidak pernah pula diajar bersusah payah untuk berjuang. Anak-anak diajar bersusah payah belajar agar nanti ada masa depan, tidak pula diajar bersusah payah belajar agar dapat dikenal mana hak dan mana batil lalu memperjuangkannya. Bukankah perjuangkan hak itu tujuan belajar, tujuan ilmu?<br />
<br />
Tetapi akibat sistem dan aturan sudah tersedia, kita takut untuk memilih jalan selain sistem tersebut. Kita rasa tidak selamat. Mahasiswa kita tidak berani berjuang, mahupun agamawan kita menjadi begitu pasif pabila dibanding dengan tempat lain. Dan kita tidak berani memilih jalan yang tidak biasa, dengan alasan, ini jalan yang 'tidak pasti'. Kata mereka, "Sudah ada jalan tersedia, jalan yang pasti(walhal jalan yng ramai orang pilih), ikut sahajalah." Itu bukan jalan yang pasti, itu hanya jalan yang kita diajar untuk percaya melalui proses doktrin yang dunia buat. Mereka berjaya cipta ilusi untuk kita hingga kita terpedaya dan hilang daya juang. Kita berjaya ditakutkan!<br />
<br />
Sedangkan aku percaya, kita mempunyai pelbagai jalan untuk mencipta masa depan yang baik, sama ada ingin percaya atau tidak, itu sahaja. Dan aku sedang menguji diri aku dengan hal itu. Aku ingin melawan doktrin. Mungkin hari ini jalan aku salah, tetapi aku tetap mempunyai pelbagai lagi pilihan untuk aku cuba. Asalkan aku dapat menghindarkan diri daripada kesibukan yang sia-sia. Dan aku berharap aku tidak menyesal.<br />
arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-41805041791930462842014-05-15T19:40:00.001+08:002014-05-15T19:40:50.847+08:00Aku dan Agama<br />
Kesia-siaan. Aku tidak nampak apa-apa melainkan kesia-siaan. Aku mengakui ini sebuah persepsi yang buruk, namun aku hanya ingin menyatakan kejujuran rasa. Bukan tiada pernah aku fikirkan, jenuh payah telah aku perah fikiran, tiada aku jumpa rasional perbuatan ini. Mungkin aku jahil. Ya aku jahil tetapi tiada siapa yang mengajari aku. Aku tidak tahu tujuannya. Apa erti aku menghafaz al-Quran sebenarnya?<br />
<br />
Aku tidak tahu bagaimana persepsi begini boleh lahir daripada dalam diri aku. Mungkin kerana aku kecewa. Kecewa dengan para pembawa al-Quran(hamalatul quran) hari ini, mereka langsung tidak dapat menonjolkan ciri-ciri peribadi al-Quran yang harus mereka dimiliki. Atau kecewa kerana walaupun mereka baik secara peribadi, tetapi dalam hidup bermasyarakat golongan ini tidak banyak mengambil kedudukan dan berperanan. Mungkin juga sebenarnya aku kecewa dengan diri aku sendiri. Kecewa kerana tidak dapat menghafaz al-Quran itu sendiri dengan baik lalu menyalahkan faktor luar bagi membela diri. Aku tidak pasti.<br />
<br />
Tetapi itu adalah peribadi aku sendiri, tiada kena mengena dengan sesiapa. Hiraukan.<br />
<br />
Sekarang, satu hal ingin aku persoalkan kepada kau, dengan 30juzu al-Quran yang telah kau sematkan dalam dada jiwamu, apa dapat kau sumbangkan daripadanya bagi menciptakan dunia yang lebih baik? Apa pengaruh hafazanmu itu terhadap perubahan dunia sejagat? Lebih-lebih lagi disisi mana hafazanmu itu berpengaruh terhadap perubahan akhlakmu? Kalau boleh aku inginkan jawapan ini terjawab sebaiknya.<br />
<br />
Rasanya, perkara yang aku keluhkan sebagai kesia-siaan, bukanlah tertuju pada usaha menghafaz itu, tetapi pada ketidakfahaman apakah tujuan menghafaz itu, walhal ia menjadi suatu hal yang sangat ditekankan dan dipandang tinggi, namun rata-rata hasilnya tidak memberi kesan kepada jiwa, akhlak, sahsiah dan pemikiran. Kosong dan kering. Tanpa kesan kepada diri sendiri, tiadalah berlaku kesan pada pembentukan masyarakat. Disitulah kesia-siaan mengambil tempat. Bukankah hal sebegini sudah jauh sekali daripada fungsi al-Quran itu diturunkan kepada manusia? Bukankah al-Quran diturunkan untuk manusia sejagat agar seluruh alam dapat menerima kebaikan daripadanya?Bukan sekadar menghafaz kosong.<br />
<br />
Menghafaz al-Quran dengan cara sebegini lebih kurang sama sahaja tidak menghafaznya langsung. Seperti menjadi suatu permainan bunyi di bibir dan lidah sahaja. Adapun ada yang bersuara, dengan menghafaz kita boleh niatkan sebagai suatu zikir harian. Kita juga boleh niatkan sebagai suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan(Allah). Ya. Menghafaz bukan tiada kebaikannya. Ada. Itu tidak dinafikan. Tetapi pandangan aku ini bertapak pada realiti dan keperluan dunia hari ini bahkan mengenai fungsi al-Quran yang paling utama. Bukan fungsi yang berlegar pada lingkungan individu semata, tetapi kepada masyarakat sejagat.<br />
<br />
Tatkala masyarakat kita di belahan dunia gelap sebelah sana, hidup dalam keadaan derita dan perit, ada dikelilingi hutang, ada tidak mampu beri pendidikan kepada anak-anak kerana yuran persekolahan yang tidak mampu dibayar, ada perempuan yang ditipu dan dipaksa menjadi pelacur, ada yang kesempitan wang bagi membayar kos pengajian, ada ibu tunggal yang terpaksa menyara hidup keluarga dalam keadaan sukar, ada isteri yang dipukul dan ditindas suami, ada yang hidup merempat menjadi gelandangan dan pelbagai lagi, kita persoalkan, di mana muka-muka para agamawan dalam memperjuangkan nasib mereka. Lebih penting daripada itu, di mana para huffaz yang dibanggakan itu.<br />
<br />
Ternyata, mereka hanya ada di masjid, berceramah dan menjadi imam, ada yang menjadi ustaz di sekolah-sekolah rendah dan menengah, selebihnya duduk di institusi agama seperti JAKIM dengan kerja makan gaji. adapun peringkat yang lebih tinggi menjadi mufti dan pengarah jabatan. Dan yang kurang aku suka, mereka menjadi selebriti. disitulah wajah-wajah mereka muncul.<br />
<br />
Bukan maksud aku hendak memperlekehkan pekerjaan yang mereka lakukan. Aku sendiri sedar akan kepentingan peranan mereka sebagai guru, mufti, ustaz-ustaz di masjid, dan keperluan agamawan muncul dikaca tv dengan stail tersendiri bagi menarik beberapa kelompok madu mendekati Islam. Itu semua juga merupakan peranan yang tidak kurang pentingnya. Tetapi yang aku risaukan adalah masalah 'lambakan' dan 'kualiti'.<br />
<br />
Dengan suasana hidup kita sekarang, di mana segala-galanya memerlukan wang, kegiatan menuntut ilmu dan melakukan pekerjaan hari ini tidak lahir atas rasa ingin mencari makna dan mengisi maksud kehidupan, tetapi rata-rata berfikir untuk selamat(survive), ingin hidup dalam keadaan selesa dan tidak bersusah payah serta hanya ingin menikmati kehidupan ini seadanya. Hinggalah mereka yang menuntut ilmu agama menerima tempias yang sama. Maka lahirlah ustaz-ustaz yang tahap ilmunya ala kadar, bekerja sekadar makan gaji, jadi pensyarah, jadi pegawai dan ustaz-ustaz yang menikmati kemewahan tanpa berkongsi. Dan jenis ustaz begini memang melambak di masjid dan sekolah. Jarang sekali bertemu agamawan yang mempunyai jiwa untuk berbakti kepada masyarakat sepenuh hati tanpa mengharapkan apa-apa pulangan. termasuklah golongan huffaz ini.<br />
<br />
Kita begitu banyak pusat tahfiz diseluruh negara. Melambak. Tetapi dimanakah mereka ketika masyarakat yang aku sebutkan di atas memerlukan mereka? Mereka ghaib entah ke mana. Ini masalah!<br />
<br />
Bila kita membicarakan hal yang berkaitan dengan al-Quran, kita sedang membicarakan hal agama kerana al-Quran itu sendiri dasar agama. Bagi aku, menghafaz perkara ke 2, mungkin ke 3. Perkara pertama yang harus diajarkan kepada anak-anak muda kita adalah isi al-Quran. Daripada segi prinsipnya seperti keadilan, toleransi, kasih sayang dan kedamaian mahupun daripada segi nilai peribadi muslim seperti hormat-menghormati, bersifat terbuka, menunaikan tanggungjawab kepada Tuhan dan makhluk serta pelbagai lagi. Sebelum diajarkan mereka menghafaz, perlu diajarkan kepada mereka praktik mengamalkan al-Quran itu terlebih dahulu serta penyempurnaan ibadah-ibadah khusus seperti solat dan puasa. Barulah dapat digelar HamalatulQuran. Kalau tidak ia menjadi tempang. Suasana tarbiyah mesti disuburkan terlebih dahulu. Begitulah sebetulnya.<br />
<br />
Dengan demikian, barulah mereka jelas dengan al-Quran. Bukan menghafaznya sekadar mengejar muqarrar, fikir hendak graduasi dan dapat sijil sahaja. Tetapi mereka akan sedar akan tanggungjawab kepada diri, kepada ibu bapa, kepada masyarakat, kepada dunia, dan kepada Tuhan semestinya. Barulah keakraban dengan al-Quran dapat menjadi tanda keakraban kepada Tuhan. Andai sahaja belajar menghafaz tetapi tidak belajar beramal apa guna.<br />
<br />
Sekuat mana usaha untuk membentuk mereka mempunyai daya hafazan yang kuat(masyi), dengan peraturan dan kaedah yang pelbagai(macam Diari Huffaz) akan menjadi sukar apabila tidak dibentuk terlebih dahulu suasana yang membolehkan spiritualiti, emosi, rohani dan akal bertumbuh dengan sihat. Dan DARUL QURAN memang tertinggal akan perkara ini. Sebab itu aku rasa aku sia-sia menghafaz al-Quran kerana aku hilang tujuan. Tiada yang mengajari aku, tiada yang mentarbiyah aku. Aku kecewa. DARUL QURAN memang gagal untuk aku.<br />
<br />
<br />
<br />
arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-20093255484763128262014-05-04T02:33:00.001+08:002014-05-04T02:33:28.239+08:00iamNEETA ft. Najwa Latif - Kau Pergi Jua (Official Music Video)<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="270" src="//www.youtube.com/embed/WFO4acvJPNc" width="480"></iframe>arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-409231197641515044.post-39724996699529663792014-05-03T17:25:00.002+08:002014-05-03T17:31:30.084+08:00Pembelajaran Anak-anakKetika dahulu, dalam waktu-waktu diri ini baru ingin mula membesar, adakala aku mudah memperlekehkan orang lain. Rasa besar dengan kelebihan yang ada.<br />
<br />
Pernah suatu ketika aku bersembang dengan abah, bercerita tentang perihal yang berlaku di sekolah dan di dalam kelas, aku kekadang mudah mengata buruk tentang keadaan rakan-rakan sekelas aku yang 'bodoh'.<br />
<br />
Zaman sekolah rendah adalah zaman keemasan dalam hidup aku. Selalu keputusan peperiksaan dapat tempat kedua dalam kelas. Yang nombor pertama itu perempuan, sekarang dia belajar di UM. Bila rasa pandai ini, mereka yang tidak setara dengan kita akan mudah sahaja dianggap bodoh. Begitulah.<br />
<br />
Apabila abah mendengar butir bicara aku memperlekehkan rakan lain yang kurang pandai itu, dia tahu anaknya salah dan abah cuba menegur. Abah memberitahu bahawa aku tidak boleh memperkatakan hal sebegitu rupa. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin dia tidak kelihatan bijak di dalam kelas dan pembelajaran, tetapi kita tidak tahu mungkin dia ada kelebihan lain yang kita belum nampak.<br />
<br />
Mendengar teguran tulus abah, aku terdiam dan mula muhasabah. Itu antara ajaran yang berharga aku terima ketika umur aku 12 tahun. Sampai hari ini masih aku ingat dan tersemat di hati.<br />
<br />
Bila aku fikirkan kembali, aku rasa mesti jiwa rakan yang aku perlekehkan itu sangat tertekan waktu itu, meskipun aku lihat dia sering tersengih dalam kelas tatkala tidak dapat menjawab soalan yang dikemukakan guru. Entah. Tetapi kekadang aku fikir dia sendiri berasa belajar itu bukan satu keperluan dan tidak penting. Jadi dia malas belajar. Tetapi erlu ditanya juga mengapa dia rasa belajar itu tidak penting?<br />
<br />
Daripada sisi aku, kalau aku duduk di tempat dia, pasti aku menjadi orang yang sangat cemburu. Apabila rakan-rakan lain lebih mendapat perhatian daripada kita, apabila rakan-rakan lain lebih mendapat pujian daripada kita, pasti kita cemburu. Kita juga ingin perhatian yang sama. Tetapi disebabkan kita 'bodoh', semua itu tampak mustahil. Maka kita tunduk terhadap keadaan diri kita. Untuk belajar pun rasa sudah tidak berguna lagi kerana kita memang dilahirkan 'bodoh'.<br />
<br />
Pernah tidak kita fikirkan hal sebegini. Sebenarnya bukan anak-anak yang bodoh, tetapi suasana pembelajaran yang kurang pengaruh positif yang membuatkan anak-anak berasa dia memang bodoh. Serasa bodoh selamanya.<br />
<br />
Hal sebegini masih berlaku lagi sekarang ini. Anak-anak yang kurang minat belajar kekadang kerana mereka berasa mereka memang bodoh dan tidak perlu belajar. Kekadang pula mereka memang semangat ingin belajar, tetapi bila melihat rakan lain cepat sahaja mendahului mereka dan dipuji, mereka rasa tertekan dan cemburu hingga membuatkan semangat mereka yang tadi itu hilang.<br />
<br />
Ini masalah. Apatah lagi anak-anak diajak untuk bersaing sesama sendiri, bukan saling membantu dan bekerjasama. Sepatutnya suasana pembelajaran harus bermotifkan kemasyarakatan, bukan 'permusuhan'. Meskipun bersaing itu ada baiknya, tetapi harus dibentuk dalam kondisi yang sihat, bukan saling menindas. Agar setiap murid dan pelajar dapat manfaat daripada persaingan tersebut.<br />
<br />
Anak-anak juga harus diterapkan rasa untuk mempercayai keistimewaan diri yang berbeza dengan rakan yang lain. Sikap ini harus dipupuk daripada kecil agar mereka tidak mudah berkecil hati dengan kelebihan yang terdapat dalam diri rakan lain. Mereka juga perlu tahu kesetaraan darjat mereka di sisi Allah, yang membezakan mereka hanya iman dan taqwa. Agar setiap perilaku dan tindakan semata dilakukan kerana Allah, tiada iri hati atau cemburu.<br />
<br />
Dalam keadaan begini, barulah waktu pembelajaran dan pengajaran dapat berlaku dalam keadaan yang sihat dan baik. Semua sedar akan tanggungjawab masing-masing, bukan hanya mementingkan kebahagiaan diri semata. Anak-anak mesti diajar untuk memberi. Dengan itu barulah akan lahir Khalifah-Khalifah kecil yang berjaya.arifputerahttp://www.blogger.com/profile/06049449988451349896noreply@blogger.com0